Orang-Orang Semit mengambil tanda gambar lembu (kepala lembu) dari huruf Hierogliph Mesir tanpa memperdulikan pengertian lembu itu dalam bahasa Mesir sendiri, sedangkan menurut bahasa Semit, lembu itu disebut aleph. Demikian juga dengan tanda gambar rumah yang mereka sebut beth. Kemudian dengan mempergunakan prinsip akroponi, tanda gambar kepala lembu, oleh masyarakat Semit dijadikan tanda untuk bunyi a dan tanda gambar rumah untuk bunyi b. Semua huruf pada alphebt Semit mempunyai konotasi seperti pictografis itu.
Daerah yang Mula-Mula Menggunakan Sistem Alphabet.
Bangsa Semit sebagai yang pertama menggunakan sistem alphabet atau
abjad, agaknya sudah disepakati oleh para sarjana. Namun, daerah mana
dari daerah-daerah yang didiami oleh suku bangsa Semit yang lebih dahulu
menggunakannya, masih saja terdapat perbedaan-perbedaan pendapat di
antara mereka. Perbedaan pendapat ini makin terlihat setelah ditemukan
beberapa bukti tertulis di kawasan Sarabit al-Khadim, yaitu suatu daerah
yang terletak antara Fustat dan Adhruh, (bahagian timur Qulzum
sekarang).
Inskripsi Sarabit al-Khadim ini oleh kalangan ahli, disimpulkan sebagai
inskripsi tertua yang menggunakan sistem alphabeth (abjad). Diperkirakan
bahwa inskripsi ini telah ditulis sekitar tahun 1850 sM.(Shiddiqi,1983)
oleh orang-orang Sinai yang bekerja di tambang-tambang batu permata
pyrus.
Penemuan inskripsi ini tentunya adalah acuan akhir yang menolak asumsi
yang selama ini telah dikemukakan oleh para ahli bahwa orang-orang
Phoenicialah yang pertama kali mentransfer Hierogliph menjadi tulisan
alphebetis. Inskripsi Sarabit al-Khadim ternyata lebih tua beberapa abad
dibanding dengan inskripsi Ahiram Yubail yang ditemukan oleh Monte di
daerah Gebal purba (Byblos) yang merupakan bukti tertulis pemakaian
pertama sistem alphabet oleh orang-orang Phoenicia. Dengan penemuan baru
ini para ahli akhirnya dapat meyakini dengan tepat "jembatan" yang
menghubungkan antara Hierogliph Mesir dengan alphabet Phoenicia. Karena
selama ini mereka diragukan oleh perbedaan yang terlalu besar antara
bentuk tulisan Mesir itu dengan bentuk tulisan yang digunakan oleh
orang-orang Phoenicia, sehingga sangat sulit memastikan bahwa
orang-orang Phoenicia yang pertama kali menggubah huruf-huruf Mesir ke
dalam sistem alphabet.
Kenyataan bahwa Sinai yang pertama kali menggunakan alphabet
dalam sistem penulisan mereka diperkuat pula oleh letak geografis
daerah ini, yang ternyata lebih dekat dengan Mesir serta bentuk tulisan
yang tidak terlalu menyolok perbedaannya.
Wilayah Perkembangan Sistem Alphabet
Sistem alphabet Sinai pada waktu kemudian berkembang ke beberapa
wilayah, diantaranya ke Phoenicia. Oleh orang-orang Phoenicia, sistem
penulisan Sinai ini dikembangkan sedemikian rupa. Beberapa karakter
huruf disempurnakan serta disusun atas dasar dasar bunyi yang
dilambangkan. Karena itu asumsi bahwa orang-orang Phoenicia yang pertama
menggunakan sistem alphabet dianggap beralasan sebelum ditemukannya
bukti tertulis di wilayah Sinai (inskripsi Sarabit al-Khadim seperti
telah dikemukakan terdahulu. Namun, peranan orang-orang Phoenicia dalam
menjembatani pengembangan alphabet ke beberapa kawasan Eropa memang
sukar untuk dibantah.
1. Jazirah Arab Utara, Asia Kecil dan Eropa
Dalam perkembangannya ke utara, alphabet Sinai memperoleh kemajuan yang
sangat pesat. Alphabet ini akhirnya, selian melahirkan alphabet
Phoenicia, juga telah menurunkan tulisan Ibrani dan Aramia. Dari ketiga
rumpun tulisan yang biasa disebut dengan Tulisan Semit Utara ini
berkembang secara lebih luas lagi dan melahirkan tulisan-tulisan besar
yang digunakan hingga saat ini.
Tulisan Phoenicia dibawa ke Yunani oleh Cadmus, dan dari sini berkembang
menjadi tulisan Etroska yang merupakan cikal bakal pertumbuhan tulisan
Romawi Barat yang dipakai di bahagian terbesar Eropa pada saat itu.
Pengembangan lain dari tulisan Yunani telah pula dilakukan oleh salah
seorang uskup Konstantinopel, Cyrillius dan Methodus. Tulisan ini
mendapatkan perkembangan seiring dengan perkembangan agama Kristen di
Slavia, Rusia, Ukeraina, Serbia, dan Bulgaria. Diketahui bahwa tulisan
yang berkembang di Slavia ini tidak semata-mata berasal dari Yunani,
akan tetapi juga memasukkan unsur-unsur tulisan Ibrani. Hal ini
disebabkan oleh adanya bunyi-bunyi Slavia yang tidak terdapat dalam
bahasa Yunani (Mario Pei,1971:81).
Dari rumpun Aramia (Aramaic) telah melahirkan tulisan Syryani, Nabthi,
Tadmury (Palmyra) dan tulisan Pahlavi yang merupakan tulisan asli bangsa
Persia. Di bahagian lain alphabet Sinai telah pula menurunkan tulisan
Devanagari kuno di India. Kita telah mengetahui bahwa banyak sekali
tulisan yang terdapat di kawasan Asia selatan dan tenggara berasal dari
tulisan Devanagari ini, karena tulisan ini berkembang seiring dengan
penyebaran agama Budha. Tulisan kuno di India. Kita telah mengetahui
bahwa banyak sekali tulisan yang terdapat di kawasan Asia selatan dan
tenggara berasal dari tulisan Devanagari ini, karena tulisan ini
berkembang seiring dengan penyebaran agama Budha. Tulisan Siryani dan
Nabthy dalam perjalanannya ke bahagian selatan jazirah Arab telah
bergabung dengan karakter tulisan yang berasal dari jazirah selatan ini,
terutama pada masa perluasan kerajaan Anbath ke hampir seluruh jazirah
Arab pada abad pertama Masehi. Penggabungan inilah yang pada akhirnya
menurunkan tulisan Arab kuno hingga menjadi tulisan Arab seperti yang
berkembang saat ini.
2. Jazirah Arab Selatan
Perjalanan alphabet Sinai ke bahagian selatan jazirah Arab telah
mengembangkan tulisan yang terdapat di kerajaan-kerajaan Arab Selatan,
seperti kerajaan Saba`, Minaiyah dan lain-lain. Hanya saja tidak
diperoleh keterangan yang pasti tentang tulisan yang digunakan oleh
masyarakat di kerajaan Arab selatan ini pada waktu sebelumnya. Beberapa
asumsi mengatakan bahwa tulisan yang digunakan masyarakat Arab pada
waktu itu berasal dari tulisan Demotic (tulisan rakyat Mesir kuno).
Setelah masuknya alphabet Sinai ke wilayah ini, barulah dikenal satu
jenis tulisan yang telah menggunakan sistem alphabet, dan banyak
persamaan bentuk dan karakter hurufnya dengan alphabet Sinai,
sebagaimana dapat diperhatikan pada tabel terdahulu. Tulisan Arab
selatan ini kemudian dikenal dengan Musnad.
Bila diperhatikan lebih jauh bentuk dan karakter lambang huruf Musnad,
maka makin kuat dugaan bahwa karakter Sinai lebih banyak mewarnai
pembentukan lambang huruf-hurufnya, dibanding dengan tulisan asli
masyarakat Arab selatan yang dianggap sudah ada itu. Kenyataan itu
agaknya juga memperkuat dugaan bahwa setidaknya Arab selatan mendapat
pengaruh dari alphabet Sinai dalam waktu yang bersamaan dengan
Phoenicia. Namun sementara ahli telah berkesimpulan lain, yaitu bahwa
alphabet Arab selatan merupakan perkembangan dari alphabet Phoenicia
yang dibawa ke wilayah ini melalui jalur perdagangan.
Perkembangan tulisan Musnad ke utara pada akhirnya bergabung dengan
tulisan-tulisan Semit utara dan melahirkan tulisan Arab kuno (Hyry).
Tulisan-tulisan Arab itu, setelah agama Islam lahir, ternyata memperoleh
perhatian khusus bagi penganutnya. Karena itu, tulisan ini akhirnya
makin berkembang dan meluas dengan pesat bahkan melampaui batas-batas
wilayah yang menggunakan bahasa Arab. Bersama Al-Qur`an, tulisan Arab
telah meluas ke berbagai bangsa dan bahasa, seperti Fula, Hausa dan
Swahili di Afrika, Melayu, Sunda dan Jawa di Indonesia, bangsa Moro di
Phillipina, Urdu dan Punjabi di India, Persia di Iran dan pelbagai
bahasa Turki di Uni Sovyet (Mario Pei,1971:81).
Dari Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dari akar alphabet Sinai
telah melahirkan dua bentuk tulisan besar yang digunakan secara luas
hingga saat ini, yaitu tulisan Romawi --yang pada akhirnya dikenal
dengan tulisan Latin--, dan tulisan Arab. Kedua bentuk tulisan ini,
kendatipun sama-sama berasal dari rumpun yang sama, yaitu Sinai, tapi
dalam perkembangannya terdapat perbedaan-perbedaan yang prinsipil pada
karakter huruf dan cara penulisan. Dalam tulisan Romawi, lambang-lambang
konsonan dan vokal memperoleh tempat yang sama pada penulisan,
sementara pada tulisan Arab --seperti juga tulisan Ibrany dan Siryani
(Semit utara)-- , lebih menonjolkan huruf (lambang) konsonan saja,
sedangkan lambang vokalnya diserahkan sepenuhnya pada pengertian
pembaca. Barulah pada perkembangan akhir (setelah Islam), lambang vokal
dicantumkan pada penulisan, akan tetapi berupa tanda-tanda khusus yang
ditempatkan di atas atau di bawah lambang konsonan. Perbedaan lainnya
ialah bahwa tulisan Arab ditulis dari kanan ke kiri, sedangkan tulisan
Romawi ditulis sebaliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar